Contoh Latar Belakang Proposal Penelitian yang Baik
Pendidikan memberikan peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa. Kebijakan pemerintah tentang penyempurnaan sistem pendidikan maka akhir-akhir ini telah disosialisasikan kurikulum 2013. Proses pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah untuk pelaksanaan kurikulum 2013 tertuang dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 103 tahun 2014.dalam lampiran menteri tersebut dinyatakan tentang konsep dasar mengenai proses pembelajaran yaitu bahwa peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan.
Untuk mencapai hal itu, maka pemerintah menuangkannya dalam peraturan menteri pendidikan nasional No. 18 tahun 2007 tanggal 23 Mei 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan dasar dan menengah yang menjelaskan bahwa pembelajaran di sekolah dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran yang mengarah pada standar proses. Dalam standar proses menyebutkan bahwa pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, menolong ….dan dialogis.
Berdasarkan standar proses pendidikan nasional yang tertuang dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 22 tahun 2016 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta diidk.
Kemampuan analisis merupakan salah satu unsur dalam domain kognitif hasil belajar peserta didik. Kemampuan analisis ini mencakup tiga proses yaitu peserta didik dapat mengurai unsur yang releven, memnetukan hubungan antara unsur yang relevan dan menentukan sudut panadang tentang tujuan dalam mempelajari suatu informasi (Anderson dan Krathwohl, 2010). Peserta didik dalam tingkatan menengah atas diharuskan memiliki kemampuan analisis yang baik (kementerian pendidikan dan kebudayaan, 2013). Kemampuan analisis berada pada domain proses kognitif tingkat empat setelah mengingat memahami dan mengamplikasikan. Kemampuan ini merupakan salah satu fokus tujuan dari pendidikan abad ke-21 (Osborne, 2013)
Hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di sekolah MAN Pangkep, pembelajaran di sekolah tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013 khususnya pada kelas X dan XI. Model pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik belum sepenuhnya menggunakan pendekatan ilmiah karena masih ada beberapa materi yang hanya mennekankan konsep sehingga pendidik dalam mengajar terkadang masih menggunakan model pembelajaran yang biasa mereka lakukan seperti kooperatif, ceramah, pemberian tugas dan tanya jawab.
Proses pembelajaran di kelas menunjukkan pendidik belum sepenuhnya menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan proses berpikir tingkat tinggi. Hal ini terlihat dari kegiatan pendidik dan peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran. Kemampuan peserta didik dalam memahami konsep-konsep fisika belum maksimal, dimana untuk memahami konsep-konsep fisika ini memerlukan suatu proses berpikir yang lebih kompleks dan menggunakan daya nalar yang tinggi dalam menanggapi informasi yang diterimanya.
Kemudian berdasarkan wawancara lebih lanjut kepada guru, dapat diketahui pula bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika sehingga kemampuan menguasai konsep fisika masih tergolong rendah. Salah satu penyebab kemampuan fisika peserta didik rendah adalah kurangnya penguasaan keterampilan peserta didik dalam menganalisis yang membutuhkan penalaran dan pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan kajian yang dikeluarkan oleh TIMSS yang menyatakan bahwa pendidikan Indonesia terlalu banyak menekankan pada penguasaan keterampilan dasar menghitung (basic skills) sedangkan di Negara lain yang lebih maju pendidikannya lebih banyak menitiberatkan pada penguasaan keterampilan berpikir procedural, pemahaman atas prinsip dan penerapannya dalam konteks kehidupan sehari-hari yang berorientasi pada eksplorasi penalaran dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (hight order thinking). Hal ini dapat pula terlihat pada data yang peneliti peroleh berupa data hasil ulangan harian ternyata diproleh data yang menunjukkan bahwa domain kognitif tingkat analisis peserta didik (C4) MAN Pangkep kelas XI diperoleh rata-rata 42,06% dan hal ini tergolong rendah jika dibandingkan perolehan rata-rata domain kognitif pada tingkat C1, C2, dan C3. Berdasarkan hal ini, maka peneliti berinisiatif melakukan pengkajian ulang untuk melihat kemampuan menganalisis peserta didik di MAN Pangkep.
Kemampuan analisis yang masih rendah merupakan masalah yang kadang terjadi dalam proses pembelajaran. Kemampuan analisis dibutuhkan untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan analisis dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik untuk megidentifikasi suatu masalah, melihat penyebab-penyebab dari masalah tersebut atau memberi argument-argumen yang mendukung suatu pernyataan sehingga peserta didik dapat memberikan solusi dari masalah tersebut.
Komentar
Posting Komentar